Pada Kyai, Ummat Berkiblat

Kyai Abdullah Kafabihi Machrus, Pondok Pesantren HM Lirboyo Kediri: Untuk apa seorang alim hidup bila ilmunya tak sedikitpun bermanfaat bahkan untuk dirinya sendiri.

Jalinlah Ikatan Suci Dengan Kaum Sholihin

Janganlah kalian mensia-siakan persahabatan dengan orang mulia, yaitu orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah Ta’ala dan RasulNya. Mereka adalah orang-orang yang cahayanya berkilauan.

Penampilan Bukan Indikator Keimanan

KH. Muslim Imam Puro: Banyak orang telah merasa berislam sempurna saat jidatnya menghitam dan bercelana cingkrang, kemudian menuduh mereka yang tidak sepertinya sebagai musyrik atau ahli bid'ah.

Beragama Berdasar Quran Hadits

Sebelum kau membid'ahkan dan mengkufurkan orang, pelajari Quran dan Haditsmu secara benar, tidak sekedar copy paste dari Sheikh Google dan Orang-orang kemarin sore yang berfikiran sempit.

Wanita Shalihah adalah yg memenuhi diri dg rasa malu

dizaman akhir nanti orang-orang akan berzina disepanjang jalan,hingga untuk lewat orang-orang harus miminta mereka minggir dari jalan. Habib Muhammad Al Haddad

Minggu, 12 Februari 2012

Benarkah Barzanji itu Milik Syiah?


oleh :Aqiel Fikri
dikutip dari catatan Aqiel Fikri
Sudah bukan rahasia lagi bahwa para pengikut Syekh Mohammad bin Abdul Wahab telah melakukan banyak propaganda terhadap umat islam lainnya utamanya kaum Aswaja dalam berbagai bentuk, mulai dari mentahrif, mentadlis beberapa kitab ulama Sunni, mengklaim beberapa Imam telah "taubat" dan telah mengikuti manhaj mereka, berusaha membenturkan antara pengikut madzhab dengan imam madzhab mereka, dan yang tidak kalah keji berusaha untuk menuduh pengikut madzhab serta Asyairoh dan Maturidiyyah telah menyimpang dan merupakan "Syiah", Syiah yang merupakan firqoh Islam generasi awal yang muncul berbarengan dengan Khawarij, Khawarij sendiri adalah sekte yang muncul juga dari tempat faham Wahaby lahir.

Salah satu bentuk propaganda adalah menuduh kitab al-Barzanji sebagai kitabnya Syi'ah, kitab al-Barzanji ini adalah sebuah kitab yang berisi pujian-pujian sebagai bentuk rasa mahabbah kepad Nabi, biasanya dibaca malam jum'at atau malam-malam yang lain dan tergantung kultur setempat dan dibeberapa daerah sering disebut Maulid atau Muludan, sesungguhnya tidak hanya al-Barzanji saja satu-satunya yang menjadi bacaan rutin banyak kitab-kitab yang sama yang lain, namun rupanya kitab al-barzanji ini yang paling banyak di baca sebagaimana diungkang oleh Syekh Abdul Hayyi al-Kattani dalam kitab al-Ta'lif al-Maulidiyyah.

Al-Barzanji sebagaimana diungkapkan oleh Habib Sholeh bin Idrus al_Habsyi serta oleh Syekh Abdul Hayyi al-Kattani ditulis oleh Sayyid Ja'far bin Abdul Karim al-Barzanji al-Husaini al-Madany, beliau adalah seorang ulama besar Syafiiyyah, bertarekat Qodiriyyah dan pernah menjadi mufti di Madinah pada zaman Bani Usmaniyyah berkuasa, dalam hal ini Habib Sholeh mengatakan:
لأن مؤلفه السيد جعفرالبرزنجي اكبر شحصيات ذلك العصر في التشريع الشيعي وهذا خطأ مبين لأنه من أهل السنة والجماعة مفتى الشافعية , ولد بالمدينة المنورة واخذ عن والده والشيخ محمد حيوة السندي واجازه السيد مصطفى البكري ........
"Maksudnya beliau Sayyid Ja'far al-Barzanji bukanlah seorang pembesar Syi'ah, karena beliau adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan merupakan mufti Syafiiyyah, lahir di Madinah berguru kepada Syekh Hayat al-Sindhi dan mendapat Ijazah dari Sayyid Musthofa al-Bakri."

Beliau Sayyid Ja'far wafat pada tahun 1177 H, beliau adalah termasuk ulama yang kreatif menulis diantaranya adalah "al-Barr al'Ajil" yang mendapat persetujuan dari Syekh Muhammad Ghofil, "Fath al-Rahman" yang mendapat persetujuan Sayyid Ramadhan, terkhusus masalah maulid karya beliau adalah 'Aqd al-Jauhar fii Maulid al-Naby al-Azhar", sejarah kitab kemudian diberikan syarah oleh beberapa ulama setelahnya dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa,diantaranya oleh Sayyid Ja'far bin Ismail al-Barzanji al-Madany berupa "al-Kaukab al-Anwar 'Alaa 'Aqd al-Jauhar fii Maulid al-Naby al-Azhar", yang ditulis 1279 H, kemudian seorang ulama Malikiyyah dari Mesir yaitu Syekh Mohammad bin Ahmad 'Alisy al-Maliki al-Azhary dengan judul kitab "Al Qoul al-Munjy 'Alaa Maulid al-Barzanjy", kitab yang disusun oleh Sayyid Ja'far yang awal kemudian di jadikan dalam bentuk susunan nadzam oleh salah seorang keturunanya yaitu Sayyid Zainal Abidin bin Mohammad al-Hadi bin Zainal Abidin bin Ja'far al-Barzanjy.

Kitab terakhir tersebut akhirnya ditulis dan di beri syarakh oleh ulama Nusantara (Indonesia, Malaysia, Pattani, Tumasik) yaitu Syekh Mohammad Nury al-Jawy (dalam literature arab pengarang di daerah Nusantara sering disebut al-Jawy), dalam hal ini Syekh Mohammad Nury al-Jawy merekamnya dalam sebuat tulisan berikut:
ولنا سند عجيب متصل بمولد البرزنجي من داعي سليل شيخنا عالم المدينة المنورة الشهاب احمد بن اسماعيل ابن زين العابدين بن محمد الهادي بن زين العابدين ابن السيد الجعفر البرزنجي مسلسلا بالأباء عن ابيه زين العابدين عن ابيه محمد الهادي عن ابيه زين العابدين عن ابيه مؤلفه وبهذا السند اروي نظمة المذكور السيد زين العابدين و اروي شرحه الكوكب الأنوار عن شيخنا بدر الحجاز السيد حسين بن محمد بن حسين الحبشي الباعلوي المكي عن مؤلفه السيد جعفر البرزنجي المتوفى بالمدينة المنورة عام 1317 ه.

Berdasarkan hal tersebut sungguh salah apabila tuduhan selama ini bahwa kitab al-Barzanji merupakan kitab dari sekte Syi'ah, dan penuduhan itu hanyalah propaganda murahan dari para salafiyyun.





AL MARAJI'

Al- Maraqi, Abi Luthf al-Hakim Muslih bin Abdur Rahman, Nur al-Burhany, Graha Toha Putera, Semarang, 1383 H
Al-Kattany, Abdul Hayyi, al-Syekh,al-Ta'lif al-Maulidiyyah, Maktabah al-Kattani, Iskandariyah, Mesit, tt

Sabtu, 04 Februari 2012

Wafat Rasulullah Memberi Nikmat Kepada Ummatnya


intisari pengajian Habib Sholeh Ibn Achmad Ibn Salim Alaydrus
kitab panduan Risalatul Qusairiyah

Saat Nabi Muhammad diminta untuk memilih hidup lebih lama atau segera kembali kepada Allah, Nabi memilih untuk kembali kepada Allah. Oleh sebab itu Nabi Muhammad berumur paling pendek dibanding nabi-nabi yang lain. Inilah rahmat bagi ummat Nabi, karena dengan wafatnya beliau, Nabi akan lebih dekat dengan ummatnya. Setelah terpisah dengan jasadnya, Nabi tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Bahkan ada riwayat yang menyatakan bahwa setiap majlis-majlis yang disana disebutkan dan diagungkan nama Nabi, Rasulullah akan hadir; hanya karena bodoh dan lumuran dosa kita menyebabkan kita tak pernah merasakan kehadirannya. Andai Rasulullah masih hidup, tentu beliau dibatasi ruang dan waktu, beliau hanya ada bagi sahabat-sahabatnya.
Rasulullah bersabda ;
حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ فَمَا كَانَ مِنْ حَسَنٍ حَمِدْت اللَّهَ عَلَيْهِ وَمَا كَانَ مِنْ سَيِّئٍ اسْتَغْفَرْت اللَّهَ لَكُمْ
Hidupku, baik bagimu, dan kematianku baik bagi bagimu, diperlihatkan kepadaku amal-amalmu, apabila amal itu baik saya memuji Allah atas hal itu, dan apabila amal yang dinampakkan itu jelek saya memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian.
Saat Rasulullah sudah wafat, ini menjadi moment bagi Rasulullah mendekatkan diri kepada ummatnya sampai hari kiamat. Karena segala nikmat yang diberikan Rasulullah kepada ummatnya ini kita dianjurkan memperbanyak bacaan
اللهُمَّ حَبِّب النَّبِيَّ محمد صلَّي الله عليه وسلم اِلَيْنَا
agar Rasulullah menempatkan nama kita dalam hatinya, dengan begitu Rasulullah akan mengingat kita. Shallu ala an Nabi Muhammad!

Jumat, 03 Februari 2012

Mengukur Kedekatan Pada Ilahi

Hampir tiap hari kita dijejali berita korupsi, pungutan liar oleh aparat negara atau bahkan kelompok masyarakat sendiri. Yang terakhir kita saksikan bersama adalah penangkapan Hakim Pengadilan Negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena dugaan suap.

Upaya pemberantasan korupsi bukan tidak dilakukan oleh pemerintah dengan menaikkan gaji dan menerapkan remunerasi bagi aparat pemerintahan, namun hal itu hanya mengurangi korupsi2 kecil (sebagaimana yang diberitakan mass media). Tentu cara ini tidak bisa memberantas korupsi dengan baik, karena virus korupsi berasal dari ketidak mampuan bersyukur, dan ketidak mampuan bersyukur timbul dari hati yang miskin. Hati yang miskin tidak butuh uang banyak atau jabatan, hati yang miskin hanya membutuhkan ketebalan iman dan akhlak yang mulia.

ahad, 5 juni 2011 ini saya diundang hadir ke Milad V Pesantren Darul Falah Junrejo Batu, dalam kesempatan itu KH. Qoyyum Mansyur dari Lasem menyampaikan kisah yang dikutip dari kitab alluma' fi tarikh tasowwuf.

Sheikh Abu al Hasan al Nuri, suatu hari mendapat hadiah harta yang banyak dari seorang menteri. Beliau tidak mengambil sedikitpun, namun membagikannya ke para ulama dan sufiyun yang lain dengan cara mengundang mereka hadir di rumahnya.

Sheikh Abu al Hasan al Nuri meletakkan harta hadiah itu di ruang tamu dan mempersilahkan para tamunya untuk mengambil sesukanya, mengambil boleh, tidak juga boleh. Para tamu yang terdiri dari ulama dan sufiyun itupun ada yang mengambil banyak, sedikit ada pula yang tidak mengambil sama sekali.

Setelah selesai, sebelum para tamu pulang, Sheikh Abu al Hasan al Nuri berpidato: "wahai para alim ulama, ketahuilah yang menjadi tolok ukur kedekatan manusia dan Allah adalah hajat dunianya, kalian yang mengambil sedikit lebih dekat kepada Allah dari yang mengambil banyak, yang tidak mengambil sama sekali lebih dekat kepada Allah dari yang mengambil sedikit." Para ulama itupun terperangah...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites