Kamis, 29 September 2011

Urgensi Dzikir dan Kebolehan Dzikir Berjamaah


Mengapa Kita Harus Berdzikir?

1. Allah berfirman :
…ألا بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ القُلُوبُ
… Alaa bi dzikriLLaahi that-mainnul Quluub.
…. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

2. Al Hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم: «يَقُولُ اللّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي. وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي. إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي. وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلأ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ. وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْراً، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعاً. وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعاً، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعاً. وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي، أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: RasuluLLah bersabda : Allah berfirman (dalam hadits qudsi) : “Aku (menentukan) berdasarkan persangkaan hambaKU terhadapKU. Aku bersamanya ketika dia mengingatKU. Apabila dia mengingatKU dalam dirinya, niscaya Aku juga mengingatnya dalam dzatKU. Apabila dia mengingatKU di majelis, niscaya Aku mengingatnya disuatu majelis yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekatiKU dalam jarak sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak satu hasta. Apabila dia mendekatiKU satu hasta, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak satu depa. Apabila dia datang kepadaKU dengan berjalan, niscaya Aku akan datang kepadanya dengan berlari.

Bolehkah berdzikir berjamaah?

1. Qs. Al Kahfi 24
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بالغَدَاةِ وَالعَشِيّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْناكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الحيَاةِ الدُّنْيا
28. dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
2. al Hadits
عن أبي هريرة قال: قال رسولُ الله: إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُرُقٍ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ، فَإِذَا وَجَدُوا قَوْماً يَذْكُرُونَ اللهَ تَنَادَوا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُم، قَالَ: فَيَحِفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، قَالَ: فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ عَزَّوَجَلَّ ـ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ: مَايَقُولُ عِبَادِي؟ قَالَ: تَقُولُ: يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ. قَالَ : فَيَقُولُ: هَلْ رَأَوْنِي؟ قَالَ: فَيَقُولُونَ: لاَوَاللهِ مَارَأَوْكَ. قَالَ: فَيَقُولُ: كَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لَوْ رَأََوْكَ كَانُوا أَشَدُّ لَكَ عِبَادَةً، وَأَشَدُّ لَكَ تَمْجِيْداً، وَأَكْثَرُ لَكَ تَسْبِيْحاً. قَالَ: يَقُولُ: فَمَا يَسْأَلُوْنِي؟ قَالَ: يَسْأَلُوْنَكَ الجَنَّةَ. قَالَ: يَقُولُ: وَهَلْ رَأََوْهَا؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لاَوَاللهِ يَا رَبِّ مَارَأَوْهَا. قَالَ: فَيَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا؟ قاَلَ: يَقُولُونَ: لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدُّ عَلَيْهَا حِرْصاً، وَأَشَدُّ لَهَا طَلَباً وَأَعْظَمُ فِيْهَا رَغْبَةً. قَالَ: فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ؟ قَالَ: يَقُولُونَ: مِنَ النَّارِ. قَالَ: يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ قَالَ: فَيَقُولُونَ: لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَارَأَوْهَا. قَالَ: يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْهاَ كَانُوا أَشَدُّ مِنْهَا فِرَاراً، وَأَشَدُّ لهَاَ مَخَافَةً. قَالَ: فَيَقُولُ: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ. قَالَ: يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ فِيْهِم: فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ، إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ. قَالَ: هُمْ الجُلَسَاءُ لاَيَشْقِى جَلِيْسُهُمْ.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. beliau berkata: Nabi bersabda : “ Sesungguhnya Allah memiliki Malaikat yang selalu berputar-putar (bertawaf) di jalan-jalan mencari ahli dzikir, ketika mereka menemui suatu kaum yang berdzikir kepada Allah, mereka berkata : “wahai kaum sampaikan hajatmu” RasuluLLah berkata : kemudian para malaikat itu menaungi kaum yang sedang berdzikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga langit dunia. Allah kemudian bertanya kepada mereka (dan Allah sebenarnya lebih tahu dari mereka) : Apa yang dilakukan hambaku? Malaikat menjawab: “mereka membaca tasbih, takbir dan tahmid.” “apakah mereka melihatKU? Tanya Allah. Malaikat menjawab: “tidak ya Allah, mereka tidak melihatMU” “bagaimana bila mereka melihatKU” tanya Allah, Malaikat menjawab: “mereka akan menambah frekwensi tasbih, takbir dan tahmidnya kepadaMU.” Allah bertanya: “apa yang mereka minta dariKU? Malaikat menjawab: “mereka meminta surga” Allah bertanya: “apakah mereka melihat surga?” tanya Allah, Malaikat menjawab: “ Tidak ya Allah” Allah bertanya: “bagaimana anda mereka melihat surga?” tanya Allah, Malaikat menjawab: “mereka akan bertambah-tambah ingin mendapatkan surga dan berusaha mendapatkannya.” Allah bertanya: “dari hal apakah mereka ingin memohon perlindungan?” Malaikat menjawab: “ mereka mohon perlindungan dari siksa neraka” “Apakah mereka melihat neraka?” Tanya Allah. Malaikat menjawab: “tidak ya Allah” “bagaimana bila mereka melihatnya?” Tanya Allah. “bila mereka melihat neraka mereka akan berusaha lari kencang darinya dan sangat takut atasnya.” Jawab Malaikat. Kemudian Allah berfirman: “maka saksikanlah wahai malaikat bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka” salah seorang malaikat kemudian berkata pada Allah:”(tapi) diantara mereka ada orang-orang yang tidak termasuk ahli dzikir.” Allah berkata: “orang-orang itu termasuk mereka, mereka tidak merasa tercelakai karena kehadiran orang-orang itu” HR. Bukhari Muslim.

عن أنس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إِذَا مَرَرْتُم بِِرِيَاضِ الجَنَّةِ فَارْتَعُوا. قَالَ: وَمَا رِيَاضُ الجَنَّةِ؟ قَالَ: حَلْقُ الذِّكْرِ
Diriwayatkan dari Anas : sesungguhnya RasuluLLah bersabda: “jika engkau melewati taman-taman surga, maka nikmatilah kemewahannya.” Sahabat bertanya: “apakah taman-taman surga itu? Rasulullah menjawab: “Majelis Dzikir!” HR. Ahmad dan Tirmidzi.

Ayat al Quran dan Hadits diatas menunjukkan bahwa dzikir berjamaah merupakan kesunnahan, sesuatu yang dianjurkan. Perhatikan kata-kata yang diarsir tebal:
1. orang-orang (alladzina: arab)
2. Kaum yang berdzikir (qauman: arab)
3. Majelis dzikir (halqu dzikr: arab)
merupakan petunjuk tentang diperbolehkannya dzikir berjamaah. Mereka yang menganggap majelis dzikir terlarang/bid’ah menganggap kalimat jamak itu tidak menunjukkan berjamaah, tapi sendiri-sendiri dengan argumen kalimat jamak otomatis berarti bersama-sama. Namun yang perlu dipahami, kalimat jamak itu juga tidak secara otomatis berarti bersama-sama tapi sendiri-sendiri. Karena itu secara otomatis argumen mereka tertolak.

Bolehkah berdzikir dengan suara keras/Jahr?
1. Abdullah Ibnu Abas r.a berkata: “semasa zaman kehidupan Rosulullah(SAW) adalah menjadi kebiasaan untuk orang ramai berdzikir dengan suara yang kuat selepas berakhirnya sholat berjamaah(HR.Bukhori)
2. Abdullah Ibnu Abas r.a berkata:”Apabila aku mendengar ucapan dzikir, aku dapat mengetahui bahwa sholat berjamaah telah berakhir(HR.Bukhori)
3. Abdullah Ibnu Zubair r.a berkata:”Rasululloh(SAW) apabila melakukan salam daripada solatnya, mengucap doa/zikir berikut dengan suara yang keras-”La ilaha illallah…”(Musnad Syafi’i)
4. Sahabat Umar bin Khattab selalu membaca wirid dengan suara lantang, berbeda dengan Sahabat Abu Bakar yang wiridan dengan suara pelan. Suatu ketika nabi menghampiri mereka berdua, dan nabi lalu bersabda: Kalian membaca sesuai dengan yang aku sampaikan. (Lihat al-Fatâwâ al-hadîtsiyah, Ibnu Hajar al-Haitami, hal 56)
5. “Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA bahwa mengeraskan suara dalam berdzikir seusai orang orang melaksanakan sholat wajib dgn berjamaah sudah menjadi kebiasaan pada masa nabi SAW, kata Abdullah bin Abbas : ketika saya mendengar dzikir tersebut saya tahu bahwa orang2 sudah selesai melaksanakan sholat berjamaah (BUKHARI NO 841 )

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites