oleh : Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen Setelah Imam Syafi'i wafat tahun 204 H, murid-muridnya mulai menyebarkan fikih Sang Imam ke pelbagai penjuru. Sejatinya, mereka tidak hanya sekedar menyebarkan, akan tetapi juga mengembangkan dan bahkan melakukan ijtihad-ijtihad yang mandiri. Aktifitas penyebaran dan pengembangan ini melahirkan dua model, Model Iraq dan model Khurasan. Model Iraq dipimpin oleh Abu Hamid al-Ashfirayini dan Model Khurasan dipimpin oleh al-Qaffal as-Shaghir. Kedua model telah melahirkan ulama-ulama besar dalam tradisi Madzhab Syafi'iyah, hingga kemudian datang era Imam Rafi'i dan Imam Nawawi yang menyatukan kedua model tersebut. Sungguh menarik meneladani kisah al-Qaffal as-Shaghir --pendiri model Khurasan-- dalam memulai mencari ilmu. Imam adz-Dzahabi dalam Siyaru A'laam An-Nubala' bahkan meletakkannya sebagai entri dalam mendalami kehidupan beliau. Al-Qaffal arti persisnya adalah ahli pembuatan gembok dan kunci. Nisbah ini melekat pada diri beliau karena profesi belau memang membuat gembok dan kunci. Bahkan ia terkenal sebagai ahlinya. Pada suatu hari, dia membuat gembok berikut kuncinya super kecil seberat 1/4 daniq (1 daniq: kira-kira 0,496 gram), namun tidak terkenal seperti pembuat gembok sebelumnya yang membuat gembok seberat 1 daniq. Sahabat karibnya lalu memberi nasihat kepadanya: "Jika ingin dikenang sepanjang masa, maka lakukan itu dengan ilmu. Jangan dengan mencipta gembok!" Rupanya nasihat karibnya ini mengena di hatinya. Ia lalu berfikir tentang dirinya yang "hanya" sekedar mencipta gembok. "Otak saya sebetulnya sangat cemerlang. Membikin gembok super kecil saja bisa. Jika kecerdasan dan waktu saya pergunakan dengan sungguh-sungguh dalam mencari ilmu, pasti saya akan menjadi alim-ulama." Umur beliau saat itu telah berkepala tiga, sebagian riwayat bahkan menyebut angka empat. Tapi itu sama sekali tak menghalanginya untuk memulai. Ia belajar dan belajar hingga menjadi pimpinan ulama Syafi'iyah Khurasan. Gurunya adalah Imam Abu Zaid al Marwazi Ia wafat dalam umur 90 tahun pada tahun 417 H di Sijistan. Pada telapak tangannya terdapat goresan-goresan bekas kerjanya sebagai pembuat gembok, dan sebelah matanya rabun akibat terlalu banyak membaca dan menulis. Nama asli dari al Qaffal ini adalah Abdullah Ibn Ahmad Ibn Abdullah. Setelah terbuka hatinya untuk mendalami ilmu, al Qaffal sering melontarkan ide-ide cemerlang dalam memajukan madzhab Syafii. Pemikirannya mengalahkan ulama dizamannya karena pemikirannya sangat baru dan original.
0 komentar:
Posting Komentar